Skip to main content

TUJUH HARI KITA YANG SIRNA


Dalam hidup pasti ada yang datang dan pergi. Memberi cinta atau meredupkan. Namun, bukankah Tuhan telah mempunyai rencana yang lebih indah dari apa yang kita kira. Setiap setelah hujan pasti ada pelangi, setiap setelah duka pasti ada tawa. Setiap menunggu pasti akan ada yang datang. Semuanya akan indah pada waktunya.
Perkenalan kita begitu instan. Kepolosanmu membuatku percaya akan semua yang kamu katakan. Keluguanmu membawaku pada janji yang tak seharusnya kuucapkan. Aku mulai membangun mimpi yang megah dan keyakinan untuk tidak menyia-nyiakan kebersamaan kita ini. Kamu humoris dan lucu, memang kedua hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk datangnya sebuah cinta. Apa mungkin kita sekarang sedang terjebak dalam ketertarikan sesaat? Atau hanya aku yang terjebak sedangkan kamu hanya menjebakku? Oh tidak. Jika iya, mengapa ku begitu bersedih ketika kamu memutuskan untuk pergi dengan wanita pilihanmu? Apa ini yang dinamakan ketertarikan sesaat?
Kamu tak mengerti betapa aku susah payah membuang rasa yang pernah ada. Saat kita masih sering bersama dalam rentetan abjad yang sengaja kita susun, namun tanpa alasan yang jelas kau pergi begitu saja tanpa kata yang terucap. Setelah aku berhasil membuangnya jauh-jauh kini kau hadir kembali dalam setiap malamku membawa segudang perhatian untukku.
Tujuhari yang lalu, kau begitu manis dan mengejutkan. Kau datang setelah lama kepergianmu. Kau sapa aku dengan letupan-letupan perhatianmu yang membuatku tersetrum oleh rasa maha cinta yang ada. Kau mulai ungkap rasa, perasaan kagummu terhadapaku, sungguh sebenarnya akupun mengagumimu, tapi aku terlalu gengsi untuk mengakui bahwa aku mulai nyaman kau bisa berada di hari-hariku.
Semalam kamu masih memainkan rambut yang sengaja kugerai, menggenggam erat tanganku saat berdesakan dikeramaian itu.  Kukira, aku telah menjadi seseorang yang berharga bagimu, namun ternyata tidak. Aku hanya kamu jadikan persinggahan sementara, bukan tempat tujuan.
Sungguh, aku benar-benar telah tertipu dengan kebersamaan yang kauciptakan ini. Aku telah begitu nyaman dengan kebersamaan kita. Kebersamaan yang sering membuat tersenyum sendiri. Kebersamaan yang telah kita rangkai melalui tulisan itu. Perhatian, pengertian, serta pelukan kecil lewat tulisan itu telah membuatku nyaman dan meyakinimu dan aku terlalu banyak berharap.  Kukira kau punya rasa yang serius terhadapku.
Dengan tertatih aku mencoba berdiri, menyaksikan apa yang sedang berada di hadapanku. Kamu bersama wanita lain yang tak lain adalah sahabatku. Alasan yang cukup logis untuk kita segera mengakhiri kebersamaan kecil kita. Aku yang telah berhasil kau buat nyaman dengan dongeng ciptaanmu. Aku yang selalu memperhatikanmu dari kejauhan. Aku yang selalu berharap denganmu kini telah sadar. Sadar bahwa tak mungkin intan sepertimu mau diletakkan ditanah seperti aku.
Kamu memilih pergi tanpa alasan. Pergi ketika aku mulai menyayangimu. Coba saja kau bayangkan, hanya dalam waktu satu minggu! Begitu singkat, bukan? Kamu pergi dengannya ketika aku mulai menyadari bahwa ini adalah cinta.
Kini, akan kumulai hariku tanpamu seperti satu minggu lalu. Aku yang selalu berangkat ketempat kerja sendiri, aku yang mandiri dan aku yang periang. Aku tau dan kamupun tau bahwa melupakan sesuatu yang pernah tinggal bukanlah hal yang mudah. Aku tak bisa membayangkan malam yang sunyi dan pagi hari yang cerah tanpa ucapan-ucapan manis darimu. Aku tak bisa membayangkan pagiku tanpa suara ngantukmu yang berusaha membangunkanku. Aku juga tak bisa membayangkan jika nanti kita sekedar bertemu di jalan. Apakah kita akan saling beretgur sapa seperti dulu? Seperti saat aku telah berhasil menghilangkan rasa yang telah kauciptakan?
Janji yang telah bersama-sama kita ucapkan. Janji untuk selalu ada, saling menjaga dan tak akan saling berjauhan masih terasa kosong bagiku karna tidak kita ucapakan dengan saling menatap. Aku tak bisa mengartikan gurauanmu dan kamu tak bisa menatap kesungguhanku. Apakah pantas aku menyesali ini semua? Apakah pantas menangisi orang yang belum begitu aku kenal itu? Apakah ini sakitnya perpisahan? Dan akankah kau berkenan menjelaskan? Mungkin ini hanya retorika yang sudah kutau jawabnya mungkin hanya sekedar harapan.

Kupejamkan mataku, butiran bening ini terus mengalir, tapi aku sangat malu untuk mengakui bahwa ini adalah air mataku untukmu. Untuk lelaki yang tidak kuketahui siapa dirinya sebenarnya.

Comments

Popular posts from this blog

Mas, Aku Rindu

Dimana, akan ku cari Aku menangis seorang diri Hatiku slalu ingin bertemu Untukmu aku bernyayi Untuk kakak tercinta Aku ingin bernyanyi Walau air mata Di pipiku kakak dengarkanlah Aku ingin berjumpa Walau hanya dalam Mimpi.. Lihatlah, hari berganti Namun tiada seindah dulu Datanglah, aku ingin bertemu Untukmu, aku bernyanyi Untuk kakak tercinta Aku ingin bernyanyi Walau air mata Di pipiku Kakak dengarkanlah Aku ingin berjumpa Walau hanya dalam Mimpi..                 Rasanya tak ada lagi rindu yang serindu ini. Rinduku padamu teramat dalam. Kugoreskan tinta hitam dalam kertas yang putih brsih ini, memang aku terlalu bodoh mengharapkan surat ini akan sampai padamu. Tapi, tak ada yang bisa kulakukan selain ini. Ingin sekali kusampaikan rasa rindu ini melalui lagu ini.         Kamu, seseorang yang selalu kukagumi setelah Bapak,aku merindumu. Aku s...

Seorang yang Benar Menganggapku Ada ( Teruntuk ; Mantan yang Belum Bisa Move On)

Tempat terindah untuk menikmati penjuru kota Ramai namun terasa sunyi, terang namun terasa gelap, bahagia namun terasa sedih, tertawa tapi menangis. Siang akan berganti malam, matahari segera  tergantikan bulan dan semi tergusur gugur. Siapa yang datang makan akan pergi. Siapa yang tertawa pada waktunya akan menangis. Semua yang ditakdirkan ada pada akhirnya akan kembali tiada. Di ruangan tiga kali tiga ini aku merasa penuh oleh wajahmu. aku sesak, sungguh amat sesak. Wajah seorang pria yang konon katanya telah menyuntikkan racun pada wanita sepertiku. Wanita yang selalu saja dibuat untuk memikirkan dirinya buaian racun ciptaan mahkluk Tuhan tak berperasaan. Lelaki itu tanpa kasian menutupi seluruh ruangan sehingga wanita yang katamu manis ini tak bisa bernapas lega. Disetiap sudut ruangan kamu berdiri dan memperhatikanku. Tak ada yang bisa aku lakukan. Tak ada yang bisa aku perbuat disini jika kau selalu memperhatikanku. Karna kenapa jawabannya karena maka aku ingin se...

Desember

9 hari telah kita lalui dibulan ini. Desember 2015. Akhir tahun ini adalah tahun ketiga kita menjalani masa bersama-sama. Masa dimana kita merasa sulit dan masa kita bahagia. Aku dan kamu yang berhasil menyatukan hati sejak itu. Ya, sejak Desember 2012 silam. Aku yang belum menjadi apa-apamu dan kamu yang tak pernah terpikir akan menjadi bagianku saat ini. Yah memang saat itu kita tidak memiliki status hubungan apapun meskipun kita telah sering bersama dalam kebersamaan yang besar. Bahkan kamu masih menyandang gelar kekasihnya. Tiga tahun yang lalu, saat kau bentak aku dengan nada tinggimu di sebuah hutan pinus dengan dataran tinggi lalu aku menitikan butiran bening. Tiga tahun lalu dimana ada kata senioritas diantara kita. Tiga tahun lalu adalah kita yang tak saling tau, bahkan saling mengenal pun tidak. Aku menyukai tiga tahun yang lalu itu, tahun dimana kamu mulai mendekat dengan caramu. Caramu yang emmm mungkin tak biasa. Tapi aku menyukainya. Betapa indah jalan yang kita...