Senja Sore yang Menjadi Temanku Senja sore yang nampak indah dari lorong rumah sakit itu menemaniku menunggu jawaban pesan singkat yang kukirim untukmu beberapa jam yang lalu dari ponselku. Aku duduk termenung berharap ada dering dari ponselku sore itu. namun, sia-sia. Semua itu tak aku dapatkan sore itu. kau tak membalas pesan singkatku. Entahlah apa yang kurasakan saat itu. aku hanya ingin memberi tau kabar yang sedang menimpa ibuku. Dia dirawat dirumah sakit dekat rumahmu. Sakitku ketika dia bertanya tentangmu. Sosok yang selama ini selalu ada disampingku. Sosok yang aku bangga-banggakan. Sosok pria yang (katanya) bertanggung jawab. Ketika dia menyuruhku menelponemu untuk meminta agar kau mengantarkan aku pulang kerumah. Saat itu pula aku mulai berani mengatakan kebohongan. Aku hanya berkata bahwa priaku itu sedang sibuk. Tak ada yang mampu aku ucapkan. Senyum kebohongan itu membuat sakitku lebih memuncak. Masjid yang menjadi tempatku untuk menumpahkan semua kesedihanku. Disa...
Aku hanya seorang penulis amatiran yang sangat kurang pengalaman. Aku tak pandai merangkai kata, semua yang kutulis merupakan luapan dari hati yang tak dapat aku deskripsikan dengan mulutku. aku akan menulis apapun yang bisa kutulis. Karna hanya dengan menulis aku dapat bercerita. Namun, ada senyum dibalik semua yang telah kutulis.