Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Saat kau tunjukan aku wanitamu

Kini si wanita ini sedang terjatuh dan benar-benar terjerembab dalam lubang yang dalam, wanita yang sebelumnya tak pernah memikirkan tentang cinta, saat ini sedang merasakan takutnya kehilangan. Kehilangan orang yang tak pernah dimiliki. Orang yang sebenarnya tak pernah nyata dalam hariku. Mungkin, aku saja yang merasa aku memilikimu, tanpa kamu pernah kamu menganggap kau memilikiku karna kau sudah memiliki kekasihmu. Aku mengerti dengan rasa ini, aku telah menyakiti diriku sendiri. Asal kau tau, akupun sungguh tak ingin memiliki rasa ini denganmu bila akhirnya seperti ini. Ingin sekali aku buang jauh rasa ini. Tapi, kamu tak pernah mengizinkan saat aku ingin melakukannya. Kamu selalu ingin aku ada untukmu. Tapi kamu juga selalu ingin ada untuk wanitamu. Betapa aku remuk saat kau tunjukan wanitamu denganku. Betapa dalamnya aku jatuh. Aku tak bisa menyembunyikanya lagi, aku juga tak bisa menahanya lagi. aku ingin mengusirmu jauh yang kini sudah berada di tepi hatiku. Kurasa, kes

Rasa yang tak Terbalas

Malam ini kumenulis tanpa arah. Tanpa tujuan. Aku hanya ingin menikmati malamku yang sunyi dengan jentikan jemariku. Aku ingin menikmatinya seorang diri. Aku ingin bercerita pada angin, pada hujan yang sedang turun dan pada orang yang malam ini sedang tak tau keberadaanya. Tapi tak mengapa. Aku percaya dia baik-baik saja dan suatu saat akan membaca surat kecil ini. Walaupun entah kapan. Lamakah? Atau sebentarkah? Tak ada yang tau. Aku ingin mengatakan hal yang sejujurnya pada dunia ini. Pada semua yang hanya sekedar tau namaku, dan tak mengetahui tentang cerita hidupku. Bagi yang belum tau, perlu kalian tau saja bahwa hidupku bahagia. Aku sangat bahagia dapat menikmati hidupku bersama mereka orang-orang yang kusayang. Sebuah surat yang entah kulayangkan untuk siapa. Surat ini tak bertuan. aku hanya saja ingin menuliskan tentang curhatanku malam ini. Semua tentang aku, kamu, dia dan mereka. Luka? Iya, luka itu sedang bersemayam dalam relung hatimu. Aku paham, tau betapa luka i
Kulalui malam ini hanya dengan sekedar bayangmu. Semu. Ya, semua terasa semu. Hingga tak dapat kuterjemahkan kesemuan itu. Tak ada percakapan diantara kita malam ini setelah hari kemarin kamu tak membalas pesan singkatku yang mungkin menyakiti hatimu. Tapi apakah kamu tau sebab aku menuliskan pesan seperti itu? kamu masih tidak mengerti? Lagi-lagi aku cemburu. Kesabaranku terbakar lagi oleh api cemburu. Meskipun aku membenci rasa itu yang sering datang tiba-tiba dan tak tau waktu, tapi aku tak bisa menghilangkanya. Entah kenapa rasa itu rasanya dekat sekali. Ceritaku yang kukira semakin lama akan semakin hilang dari peradaban tulisan seperti ini, sekarang muncul lagi. rasanya aku tak sanggup menahanya sendiri. Aku tak mampu untuk tidak bercerita dengan siapapun. Mengadu denganmu pun nampaknya jarang terdengar olehmu kan? Berkali-kali kupaksakan mata ini terpejam agar aku dapat terlelap dan berharap terbuaikan oleh mimpi. Tapi, mata ini terasa sangat ringan dan aku tak bisa mengat

Terimakasih atas Pengabaianmu

Bosan. Nampaknya aku mulai bosan dengan aktifitas harian yang aku lakukan. Aktivitasku begitu monoton dan tak pernah ada perubahan dalam hidupku dan kamu. Aku yang selalu lekat memandangimu dari jauh sedang kamu sibuk dengan rutinitasmu. Aku yang selalu memperhatikanmu dan kamu selalu membalas dengan pengabaianmu. Tiga tahun empat bulan sudah aku menunggumu dibalik kabut tebal menyelimutiku. Aku menunggu kamu membebaskanku dari jeratan yang tak dapat aku lepaskan seorang diri. Aku perlu seorang teman untuk melepaskannya dan aku memilihmu. Kamu yang kukira akan membantuku melepaskan jeratan itu, sesekali kamu mendekatiku, tapi tidak untuk melepaskanya. Apa mungkin kamu sengaja datang untuk menertawakanku? Kamu datang dengan langkah gagahmu, mendekatiku dengan hati-hati dan membawakan obat untukku. Kau obati luka-lukaku karna jeratan itu tanpa melepaskanku dari jeratan yang sungguh membuatku terluka. tapi ketika luka itu belum sembuh benar, kau malah pergi tanpa meninggalkan sekota

Wahai Hati, Sahabat Terbaikku

Tak ada kata yang tepat untuk mengungkapan apa yang kini sedang ikut aku rasakan. Kamu adalah sahabat terbaikku. Kamu yang selalu ada untukku. Saat aku terkalut sedih maupun aku sedang terbelenggu oleh kebahagiaan. Kini kamu tak lagi seperti dulu. Jika dulu kamu hanyalah sebuah alumunium yang sangat mudah patah, kini kamu telah menjadi besi yang telah berkali-kali ditempa. Kamu yang kukenal sekarang telah berbeda. Dan banyak orang yang menyukai perubahanmu, termasuk aku. Sahabatku. Ingatkah kala itu. kamu sering sekali terpatahkan oleh hal kecil yang menurut logika bisa saja kau yang mematahkannya. Tapi, telah kau saksikan sendiri bukan. Api itu secara ganas membakarmu berulang kali. dan, lihatlah sekarang. . kamu kini tak pernah patah lagi, bahkan bengkok pun jarang. Ada rasa iri dalam diriku padamu. Ingin sekali aku menjadi kuat sepertimu. Tapi apakah aku mampu menjadi sepertimu? Kamu yang selalu bisa tersenyum meskipun lukamu amat parah. Kamu yang selalu bisa menjaga perasaan

Persembunyian yang Nyaman

Bersama sunyinya malam yang membalut luka pertamaku karnamu, kusempatkan menulis sebuah catatan  kecil yang mungkin tak akan kau baca sekalipun. Hay tuan. Sedang apa kamu disana? Mungkin kamu sedang tertawa bahagia denganya? Atau mungkin kamu sedang memohon kepada wanitamu untuk tidak  meninggalkanmu? Ah entahlah. Aku seperti tidak peduli lagi. taukah kamu tuan? Aku sangat terkejut saat tau bahwa wanita itu adalah wanitamu. Malam ini otakku tak bisa berhenti berfikir. Mataku tak apa menahan air bening yang mengalir. Tuan? Lalu apa arti perhatian yang kauberikan untukku selama ini? Ungkapan sayang dan bahkan cinta yang tertera dalam layar ponsel ku. Ucapan mesra selamat tidur yang lembut dari ujung handphone . Apa arti itu semua tuan, bila nyatanya kamu sudah mempunyai kekasih? Kejadian siang itu membuatku tergoncang hebat hingga aku terjatuh. Terjatuh dan terbentur. Tuan? Apa arti semua itu? Aku dan kamu. Aku hanya ingin aku dan kamu. Tapi kenapa harus ada dia diantara kita? Sa

Aku Menunggumu dan Kau Menunggunya

Hembusan angin sore perlahan menyentuh kulitku dengan lembut. Mega-mega merah menjadi penyejuk hati yang lama tak terjamah. Burung-burung gereja seakan tau dan menghibur kelamnya suasana hati dalam keindahan sore dengan paduan yang amat nyata. Sunset yang kutunggu akhirnya tiba juga, merahnya mega tergantikan dengan remang rembulan yang mengantarkan kepulanganku dengan enggan. Apa yang membuatku seperti ini? Kamu. Iya kamu. Sinar rembulan itu membuat bayanganku lebih jelas. Kepulanganku mengingatkanku padamu. Seseorang yang tak sepantasnya aku tunggu. Seorang pria yang juga sedang menunggu wanita yang dicintainya. Aku tak paham dengan hatiku. Bagaimana mungkin aku masih berdiri disini menunggumu, sedangkan kamu sedang asyik bersama wanita yang kau cinta. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan selama ini. Dua tahun aku menunggumu. Dan dua tahun pula kau menunggunya. Sempat aku berfikir bahwa kamu adalah orang yang bodoh. Mau menunggu orang yang jelas-jelas sudah memiliki kekasih dan

Aku dengan Kepercayaanku dan Kau dengan Dustamu

Cara yang salah untuk menceritakan keadaan hatiku ini belum dapat kuubah dengan cara yang lain, cara yang menurutmu lebih baik. Aku masih saja menceritakan bagaimanapun keadaan hatiku dengan tulisan-tulisanku. Apakah hatiku sedang senang ataupun sedang terluka. Caraku yang katamu malah menambah dukaku semakin lara. Tapi inilah caraku sayang. mengertilah. Aku belum bisa mengubahnya. Hanya dengan tulisan ini aku dapat menyampaikan maksud hatiku. Bukan, bukan pada khalayak. Tapi hanya saja aku ingin bercerita agar tak ada beban lagi di hati. Hati yang rapuh seperti kayu yang telah termakan rayap.Karna sekarang tak mungkin lagi aku menceritakan kepedihan ini pada beberapa sahabatku. Kamu tau alasanya? Tanpa kujelaskanpun kamu pasti mengerti. Bagaimanapun keadaanya aku sudah berjanji pada semuanya, terutama pada diriku sendiri. Pada hatiku yang telah rapuh. Aku berjanji untuk tidak mengusik kebahagiaanmu meskipun dengan wanita lain. Aku sudah berjanji tidak akan menunjukkan kecemburuank

Inikah yang orang sering menyebutnya dengan jarak?

Dulu, hampir setiap hari kita bertemu. Hampir setiap hari kita bercakap. Walaupun hanya melihatmu sejenak, setidaknya ada pertemuan. Namun, semua itu dulu, iya itu dulu ketika kamu masih mengenakan sragam yang sama dengan sragamku sekarang. saat kamu masih sering menyakitiku, dan kemudian kamu menjelaskan dengan alasan yang kukira sama sekali tak masuk akal. Tapi ya entah kenapa aku selalu mengiyakan alasan-alsanmu itu. semua itu kita lalui bersama. Aku dengan kepercayaanku, dan kamu dengan kebohongan-kebohonganmu. 5 bulan terakhir ini kamu sudah tak lagi mengenakan sragam itu, kamu yang sekarang sudah terlihat lebih dewasa dari kamu yang dulu. Saat ini, di sana kamu dengan kesibukanmu, dan disini aku dengan rutinitasku. Jarak antara aku dan kamu sekarang hanyalah sebuah angka yang tak mempunyai arti apa-apa karna aku dan kamu mampu mempertahankan cinta kita. Kini, tak ada lagi hari hariku dengan pertemuan itu denganmu. Bahkan seminggu sekalipun terkadang sulit untuk kita realisasi

Terkata Dalam Diam

Hay kamu yang disana? Kamu yang tak kukenal dan kamu yang tak mengenalku. Kamu yang selalu kuperhatikan dan kamu yang selalu memperhatikanku. Aku yang selalu merasa kamu melihatku dan kamu yang selalu merasa kulihat. Kamu yang selalu mengalihkan pandanganmu ketika aku melihatmu memperhatikanku dan aku yang selalu mengalihkan pandanganku ketika kamu melihatku sedang asik memandang lekuk wajahmu. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba muncul begitu saja di sini? Di tempat ini? Tempat yang lama tak berpenghuni. Bukankah tempat ini asing bagimu? Lalu apa alasanmu berhenti di sini? Kamu tak tau namaku, akupun tak tau namamu. Tapi kenapa aku dan kamu saling memperhatikan? Atau hanya aku yang merasakan seperti itu? ah kurasa tidak. Tapi, jika kamu memang benar memperhatikanku. Kenapa aku tak merasakan usaha apapun darimu untuk mendekatiku? Aku hanya tau kamu dari timeline twittermu dan kurasa kamu tau tentangku juga dari jejaring sosial yang kumiliki itu. Terbersit seberkas kenang

Sekuat inikah aku?

Aku adalah wanita yang lemah katamu, wanita yang sering sakit, wanita pemalu, wanita yang hanya diam, wanita yang tak bisa diandalkan. Ya, itulah aku katamu. Katamu yang sering kali kauucapkan untukku. Namun, bagaimana mungkin wanita selemah aku bisa menghadapi ini semua? Semua ini cukup berat dan itu harus kuhadapi sendiri dengan sisa rasa percaya yang kini hampir pudar? Ah, rasanya aku tak sanggup, aku ingin menarikmu kedalam masalah ini. Aku sudah cukup lelah dengan diamku selama ini. Aku mau bicara, karna terkadang tidak hanya dengan tulisan aku dapat mengeluarkan rasa emosi marahku. Senja sore ini menjadi saksi bisu betapa aku menjadi wanita yang tak punyai rasa belas kasihan denganmu, dia atau dengan siapapun, saksi betapa aku menjadi wanita yang tak tau malu, bertingkah seperti anak kecil yang merajuk ketika aku menyeretmu didepan orang banyak. Amarah itu tak sanggup aku tekan lagi. Aku tak lagi punyai cukup tempat untuk meletakkan kata maafmu. Sekarang aku bukan lagi wani

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, hanya

Awal September adalah janjimu

Kamu oh kamu. Kenapa kamu harus selalu mengingkari janji-janjimu? Tak cukupkah aku diam selama ini? Aku sudah hampir menghentikan langkahku untuk mengikutimu. Hey, kamu! Dengarkanlah aku, aku minta waktumu sebentar saja untuk mendengarkan curhatanku tentang dirimu. Aku sudah muak dengan semua ini. Dengan kepura-puraanku selama ini, aku harus berpura-pura tidak tau apa yang kamu lakukan, aku harus berpura-pura tidak melihat kesalahanmu, aku harus berpura untuk tidak mendengarkan mereka, harus berpura untuk selalu tersenyum di depanmu dan semua orang, dan harus selalu berpura lupa akan setiap janji-janjimu. Aku sudah berusaha untuk melewati semua ini sebisaku. Mungkin orang-orang menganggapku sebagai wanita penggalau yang labil. Tapi, mereka tidak tau yang sebenarnya hatiku, mereka tidak pernah tau apa yang aku rasakan. Awal september, iya awal september adalah waktu yang kamu janjikan bukan? Lupa? Haruskah aku mengingatkanmu? Lalu, dengan cara apa aku harus mengingatkanmu? Siang t

Aku Berhak Bahagia

Masih terasa sentuhan hangatmu, kamu yang selalu hadir dalam setiap nafas yang kuhembuskan. Kamu yang kini masih ada dalam setiap baris do’aku. Dan kamu yang masih terus menyakitiku tanpa kutau alasanya. Entah aku yang bodoh atau aku yang terlalu sayang dan tak ingin kehilanganmu. Kali ini, dalam tulisan ini aku ingin berpesan denganmu, meskipun suatu saat nanti jika kamu membaca suratku ini, aku sudah tak merasakan perasaan yang sama lagi seperti saat ini. Jangan tanya lagi mengapa aku bisa sekuat ini sekarang. mungkin karena aku sudah terlalu sering dan terlalu lama bergelut dengan perasaan semacam ini. Aku sudah terlalu sering untuk melepaskan sesuatu yang membuatku bahagia. Aku tak mengerti, entah itu sesaat ataupun sudah menemaniku sejak lama. Perasaan kecewa yang sudah bersahabat baik denganku seperti memberi candu yang mengebalkanku yang akhirnya perasaan itu akan membunuhku. Rasa kecewaku terhadapmu kini telah menjadi rasa yang amat wajar dalam hidupku. Detik ini aku

Saat Hati tak Sejalan dengan Pikiran

Selamat malam wahai kekasihku, apakabarmu? Baik-baik saja bukan? Aku berharap kamu selalu baik-baik saja disana. Disini, aku sama sepertimu baik-baik saja. Hanya saja, hatiku sedikit cidera saat kamu terlihat mesra bersama dengan sahabat dekatmu (katamu). Siang ini, aku melihatmu dengannya sayang. dan kamu pasti salah menebak aku tau dari orang lain. Kali ini, aku benar-benar melihatnya dengan mataku sendiri. Oh Tuhan, aku tak menyangka bisa melihatnya secara langsung. Kamu tenang saja sayang, aku akan selalu menghormati orang yang katamu adalah sahabatmu itu, seperti kamu menghormatinya. Mata ini masih bisa melihat dengan jelas tawamu, telingaku masih mampu mendengar dengan seksama setiap candaanmu. Bagaimana mungkin mulutku tetap terbungkam ketika hati ingin menjerit. Kaki  terasa tak bertulang saat jiwa ini ingin mengejarmu. Sungguh, aku tak paham keadaan ini. Aku sangat menyesal telah mengabaikan kata demi kata yang telah teman-temanku ucapkan tentangmu. Ternyata aku telah

Wanita Pengagummu

hay kamu yang disana. Kemarilah sebentar untukku, untuk wanita yang mengagumimu, wanita yang tak pernah kau lihat sama sekali. Tengoklah aku wahai tuanku, aku ada disini untukmu, iya, aku yakin hanya untukmu. Aku hanya ingin kamu datang dan menjenguk hatiku yang telah terluka parah olehmu, aku ingin kamu mengobatinya tuan, hanya itu. Hati ini mungkin akan segera mati bila tak segera kau tolong. Tolonglah aku, aku memohon kepadamu Tuan, jangan kaubiarkan hati ini mati terlalu cepat. Aku tak mengerti apa alasan perasaan itu bersemayam dalam hatiku, bahkan aku tak tau sejak kapan perasaan itu muncul. Rasa sakit yang muncul ketika aku melihatmu bersama dia, puteri cantikmu. Tuan, apakah kamu tau hancurnya hati ini saat melihatmu bersamanya? Kamu tidak akan pernah tau dan bahkan mungkin tak mau tau. Namun, apakah kamu tau apa yang membuatku lebih merasakan sakit hati? Aku lebih sakit dan tidak rela bila kamu tersakiti olehnya. Sangat sulit untukku mengerti jalan pikiranmu, entah den

Mengalah agar tak Menyakiti

Entahlah, entah apa yang ingin kutuliskan saat ini. Walaupun aku sudah pernah berpikir untuk tidak lagi menjadikanmu bahan tulisanku, nampaknya kali ini aku ingin menulisnya (lagi). Entah apa yang membuatku menjadikanmu topik utama dalam beberapa tulisanku, aku tak mengerti mengapa kamu menjadi judul utama yang kutuliskan di atas, entah apa, aku juga kurang begitu paham dengan apa yang kumau ini. Yang kutau, aku hanya ingin merangkaikan kata demi kata yang mengenai dirimu. Kamu yang bau mulutmu kini tak lagi sama dengan dulu karna rokok yang kamu hisap setiap waktu. Kamu yang kini sudah meninggalkan kenangan diputih abu-abu. Dan kamu yang tidak ubahnya masih kukasihi. Tak banyak orang yang mengetahui hubungan kita ini. Hubungan yang dengan sengaja kita jalani secara diam-diam agar tak menyakiti siapapun. Hubungan yang katamu sudah kau yakini. Aku dan kamu tak ingin menyakiti mereka, mereka para pengagummu, mereka para pecintamu dan mungkin mereka yang sering kali mendapat perhatian

Aku adalah Aku, Bukan Mereka

Inilah aku, seorang wanita yang jauh dari kata sempurna. Semakin kesini aku semakin mengerti sebab kau meninggalkanku beberapa waktu lalu. Mungkin karna aku adalah aku, karna aku bukan mereka dan aku takkan pernah bisa untuk menjadi seperti mereka apapun sebab dan akibatnya. Seperti yang kamu inginkan. aku hanyalah gadis yang sangat jauh berbeda dari mereka. Dari kriteria wanita idamanmu. Ya, aku sangat berbeda. Aku adalah aku. Aku hanyalah satu diantara banyak wanita yang pernah menjadi bagian dari dalam hidupmu, itu saja bila kau anggap. Aku bukanlah wanita seperti mereka-mereka itu. aku hanyalah wanita kuno yang tak pernah lepas dari penutup kepala yang jadul. Wanita yang tak pernah memakai kaos dan celana pendek. Aku bukanlah wanita yang dapat menikmati peluk hangatmu seperti yang mereka rasakan. Bahkan aku hanya wanita yang tak punya pakaian ketat seperti yang mereka kenakan, sehingga aku hanya bisa memakai pakaian yang kedodoran dan tak jaman lagi untuk dikenakan. Aku buk

Wanita yang Tak Pernah Terlihat Keberadaanya

          Aku janji mulai saat ini dan seterusnya aku akan lebih diam lagi menyikapimu. Karna aku mulai lelah menyampaikan maksudku. Bukan karna takut tak didengar lagi olehmu, tapi aku menahan keegpisanku agar hubungan kita baik-baik saja. Karna aku percaya, bila benar kamu mencintaiku dengan tulus, kamu tidak akan pernah membuatku menangis memohon agar kau kembali dan lebih peduli dengan perasaanku.          Terkadang orang memang benar bahwa diam adalah pilihan terbaik saat lidah dan hati tak lagi mampu berkata. aku berharap Tuhan sedang memelukku, merengkuhku dalam malam karna aku telah terlalu dilelahkan oleh semua ini. Dari seorang wanita yang tak pernah terlihat keberadaanya. Untuk seorang pria yang hanya sekedar bayangan hitam pekat dan sulit untuk tercapai olehku.

Cinta Sempurna Untukmu

Hay sayang. Ini adalah awal perbincangan kita sejak hari itu. sejak saat terakhir kali kita bertemu dan bercengkrama bersama. Saat pertama dan mungkin yang terakhir kali kamu membawaku pergi yang menurutku hingga larut malam. Walaupun kita tak bercakap sedikitpun, namun aku yakin kita selalu ada pembicaraan dalam diam kita. Aku yang kini bukan lagi bagian dari dirimu dan mungkin dari dulu memang bukan bagian dari dalam dirimu masih menunggu suatu saat yang sempat kau janji untukku. Suatu saat yang katamu akan datang. Atau mungkin sudah kau janjikan untuk semua wanita-wanita itu? oh ya itu mungkin saja terjadi. Dan aku sudah mengantisipasi hal tersebut. Kau dan aku telah cukup lama berpisah. Berpisah untuk kesendirian kita. Masing-masing dari kita telah mendapatkan kebebasan, kebebasan yang selama ini kita nantikan dan kita impikan bersama. Kini kita telah bebas untuk terbang mencari cinta yang lain. Aku disini hanya bisa berdo’a. Semoga kamu bisa temukan cinta yang baru. Ci

Lepaskanlah Aku yang Menyayangimu

Inilah Caraku Menangisku kali ini bukan lagi karna aku takut akan kehilanganmu. Tangisanku kali ini karna, aku ingin melepaskanmu. Sungguh demi apapun aku ingin mengikhlaskanmu. Bagaimanapun caranya. Bukan, bukan karna aku tak lagi mencintaimu, bukan pula karna aku tak ingin memilikimu. Namun perlu kau ketahui aku lakukan ini semua demi kau, aku dan semuanya. Demi kita semua. Bukan aku menjauh darimu, tapi aku harus memberi sedikit jarak untuk kau dan aku. Agar kita saling bahagia, bukan hanya kau ataupun hanya aku. Mungkin inilah caraku untuk menghargai persaanmu, perasaanya, dan perasaanku sendiri. Aku pernah menempati posisi yang kekasihmu tempati sekarang. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan wanita yang tersembunyi. Wanitamu yang tak bersalah tak berhak menanggung semua penyakit yang kau bawa. Kau tak punyai hak untuk menyakiti wanitamu seperti yang kau lakukan dulu untukku. Tolong lepaskan aku sepenuhnya. Jangan kau beratkan aku dengan satu tali yang tak kau lepaskan. Bi

Recount Text

Untuk kalian yang lagi bingung buat text recount. Ini aku punya, ya walaupun belum seratus persen kebenaranya, soalnya aku juga lagi belajar. Text ini aku buat untuk memenuhi tuntutan tugas bahasa Inggris. Tapi setidaknya bisalah buat referensi kalian. Atau ga buat nambah pengalaman kalian tentang Bali. Jangan asal copast ya, di teliti dulu J . Kritik dan saran sangat dinanti J Holiday In Bali Island Yesterday, when 30 April 2014, I and so many my friends got new experience. We study tour in Bali island we went for five days. We left our school at 09.00 a.m and arrived in Gilimanuk harbour about at 06.00 a.m.  from harbour to hotel, we need about 3 hours.  After we check in in hotel we take a bath and have a lunch together. First day in Bali, at 01.00 p.m, we went to Sanur beach, Bracasandhi Museum and Kuta beach.  In Bracasandhi museum we could see scenery in arround. And then we went to Kuta beach. In Kuta beach we found so many tourists. Waiting for susnset we try to

GALAU

Buat Apa Sih Galau? Hai hai hai haii.... selamat pagi, siang, sore dan selamat malam guys. Salam apa aja deh buat kalian semua. Cuma mau ngomong kesana kemari  dan chicit chuit aja. Dari pada ngomongin orang, ga ada gunanya kan. Tulisan ini khusus untuk para galauers, tapi yang ga galau juga boleh baca.. Terkadang, galau memang diperlukan. Karna pada dasarnya setiap manusia itu ga lepas dari yang namanya masalah. Buat kamu-kamu semua yang lagi galau karna ditinggal pasangan, berantem sama pasangan atau apapun itu menyangkut dengan pasangan. aku saranin mulai sekarang gausah galau lagi deh. Sumpah, galau itu ga ada gunanya. Udah ga usah keyel, aku yang udah pernah ngrasain galau hanya karna sang pacar nakal sama cewek lain. Aduuh sekarang aku nyesel banget udah galau kayak gitu. Ciye curhat dikit :p. Kalau dipikir buat apa coba galau? Penting gitu? Coba kalian pikir lagi ya.  “GALAU”. Itu Cuma rasa, dan itu tuh ga bakalan bisa merubah keadaan menjadi lebih baik. Iyakan? Iya dong

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-siakan