Kulalui
malam ini hanya dengan sekedar bayangmu. Semu. Ya, semua terasa semu. Hingga tak
dapat kuterjemahkan kesemuan itu. Tak ada percakapan diantara kita malam ini
setelah hari kemarin kamu tak membalas pesan singkatku yang mungkin menyakiti
hatimu. Tapi apakah kamu tau sebab aku menuliskan pesan seperti itu? kamu masih
tidak mengerti? Lagi-lagi aku cemburu. Kesabaranku terbakar lagi oleh api
cemburu. Meskipun aku membenci rasa itu yang sering datang tiba-tiba dan tak
tau waktu, tapi aku tak bisa menghilangkanya. Entah kenapa rasa itu rasanya
dekat sekali.
Ceritaku
yang kukira semakin lama akan semakin hilang dari peradaban tulisan seperti
ini, sekarang muncul lagi. rasanya aku tak sanggup menahanya sendiri. Aku tak
mampu untuk tidak bercerita dengan siapapun. Mengadu denganmu pun nampaknya
jarang terdengar olehmu kan?
Berkali-kali
kupaksakan mata ini terpejam agar aku dapat terlelap dan berharap terbuaikan
oleh mimpi. Tapi, mata ini terasa sangat ringan dan aku tak bisa mengatupkanya.
Kembali terjadi perang hebat diantara hati dan pikiranku. Mereka tak pernah
bersahabat lagi karna kamu. Kemarahan ini tak dapat lagi membuatku berfikir
dengan semestinya. Emosi yang memburu dan kecewa yang selalu terpendam.
Seharusnya
aku sudah akrab sekali dengan kekecewaan serta kemarahan ini. Tapi nyatanya aku
tak pernah bisa menyebutnya sahabat meski selalu bersama. Aku tak pernah menyuruhmu
untuk menjauhi siapapun. Aku tak pernah membatasi hubunganmu dengan orang-orang
pilihanmu. Aku juga tak pernah memintamu untuk selalu ada dalam hidupku meski
keinginan itu besar dalam diriku. Karna aku tau, kamu telah cukup dewasa untuk
hal seperti. Kamu yang tak perlu lagi mendengarkan ucapan yang kulontarkan.
Kamu
yang katanya sudah mengerti dan dapat menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk. Kamu yang katanya sudah beranjak dewasa diumur 19 tahunmu. kamu yang
tingkat kesantunanmu telah meningkat. Dan kamu yang masih dengan setia membawa
jurus tipu andalanmu. Meski jurusmu sudah tak mempan lagi untuk seorang
wanitamu ini.
Entah
berapa kali aku harus mendengarkan dan mengucap kata maaf darimu dan untukmu. Kita
sering mengucapkanya satu sama lain. Tapi kita tak dapat mengubah cara kita
untuk saling mencintai. Mungkin ini cara yang diberikan Tuhan untuk kita saling
melengkapi. Aku tak dapat berkata banyak. Aku tak mengingikan kamu berubah,
biarkan saja ini mengalir. aku akan ikuti aliranya, dan tak lama lagi aku yakin
aku akan sampai muara yang luas. Yaitu hatimu.
Comments
Post a Comment