Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Saat kau tunjukan aku wanitamu

Kini si wanita ini sedang terjatuh dan benar-benar terjerembab dalam lubang yang dalam, wanita yang sebelumnya tak pernah memikirkan tentang cinta, saat ini sedang merasakan takutnya kehilangan. Kehilangan orang yang tak pernah dimiliki. Orang yang sebenarnya tak pernah nyata dalam hariku. Mungkin, aku saja yang merasa aku memilikimu, tanpa kamu pernah kamu menganggap kau memilikiku karna kau sudah memiliki kekasihmu. Aku mengerti dengan rasa ini, aku telah menyakiti diriku sendiri. Asal kau tau, akupun sungguh tak ingin memiliki rasa ini denganmu bila akhirnya seperti ini. Ingin sekali aku buang jauh rasa ini. Tapi, kamu tak pernah mengizinkan saat aku ingin melakukannya. Kamu selalu ingin aku ada untukmu. Tapi kamu juga selalu ingin ada untuk wanitamu. Betapa aku remuk saat kau tunjukan wanitamu denganku. Betapa dalamnya aku jatuh. Aku tak bisa menyembunyikanya lagi, aku juga tak bisa menahanya lagi. aku ingin mengusirmu jauh yang kini sudah berada di tepi hatiku. Kurasa, kes

Rasa yang tak Terbalas

Malam ini kumenulis tanpa arah. Tanpa tujuan. Aku hanya ingin menikmati malamku yang sunyi dengan jentikan jemariku. Aku ingin menikmatinya seorang diri. Aku ingin bercerita pada angin, pada hujan yang sedang turun dan pada orang yang malam ini sedang tak tau keberadaanya. Tapi tak mengapa. Aku percaya dia baik-baik saja dan suatu saat akan membaca surat kecil ini. Walaupun entah kapan. Lamakah? Atau sebentarkah? Tak ada yang tau. Aku ingin mengatakan hal yang sejujurnya pada dunia ini. Pada semua yang hanya sekedar tau namaku, dan tak mengetahui tentang cerita hidupku. Bagi yang belum tau, perlu kalian tau saja bahwa hidupku bahagia. Aku sangat bahagia dapat menikmati hidupku bersama mereka orang-orang yang kusayang. Sebuah surat yang entah kulayangkan untuk siapa. Surat ini tak bertuan. aku hanya saja ingin menuliskan tentang curhatanku malam ini. Semua tentang aku, kamu, dia dan mereka. Luka? Iya, luka itu sedang bersemayam dalam relung hatimu. Aku paham, tau betapa luka i
Kulalui malam ini hanya dengan sekedar bayangmu. Semu. Ya, semua terasa semu. Hingga tak dapat kuterjemahkan kesemuan itu. Tak ada percakapan diantara kita malam ini setelah hari kemarin kamu tak membalas pesan singkatku yang mungkin menyakiti hatimu. Tapi apakah kamu tau sebab aku menuliskan pesan seperti itu? kamu masih tidak mengerti? Lagi-lagi aku cemburu. Kesabaranku terbakar lagi oleh api cemburu. Meskipun aku membenci rasa itu yang sering datang tiba-tiba dan tak tau waktu, tapi aku tak bisa menghilangkanya. Entah kenapa rasa itu rasanya dekat sekali. Ceritaku yang kukira semakin lama akan semakin hilang dari peradaban tulisan seperti ini, sekarang muncul lagi. rasanya aku tak sanggup menahanya sendiri. Aku tak mampu untuk tidak bercerita dengan siapapun. Mengadu denganmu pun nampaknya jarang terdengar olehmu kan? Berkali-kali kupaksakan mata ini terpejam agar aku dapat terlelap dan berharap terbuaikan oleh mimpi. Tapi, mata ini terasa sangat ringan dan aku tak bisa mengat

Terimakasih atas Pengabaianmu

Bosan. Nampaknya aku mulai bosan dengan aktifitas harian yang aku lakukan. Aktivitasku begitu monoton dan tak pernah ada perubahan dalam hidupku dan kamu. Aku yang selalu lekat memandangimu dari jauh sedang kamu sibuk dengan rutinitasmu. Aku yang selalu memperhatikanmu dan kamu selalu membalas dengan pengabaianmu. Tiga tahun empat bulan sudah aku menunggumu dibalik kabut tebal menyelimutiku. Aku menunggu kamu membebaskanku dari jeratan yang tak dapat aku lepaskan seorang diri. Aku perlu seorang teman untuk melepaskannya dan aku memilihmu. Kamu yang kukira akan membantuku melepaskan jeratan itu, sesekali kamu mendekatiku, tapi tidak untuk melepaskanya. Apa mungkin kamu sengaja datang untuk menertawakanku? Kamu datang dengan langkah gagahmu, mendekatiku dengan hati-hati dan membawakan obat untukku. Kau obati luka-lukaku karna jeratan itu tanpa melepaskanku dari jeratan yang sungguh membuatku terluka. tapi ketika luka itu belum sembuh benar, kau malah pergi tanpa meninggalkan sekota