Skip to main content

Aku Berhak Bahagia


Masih terasa sentuhan hangatmu, kamu yang selalu hadir dalam setiap nafas yang kuhembuskan. Kamu yang kini masih ada dalam setiap baris do’aku. Dan kamu yang masih terus menyakitiku tanpa kutau alasanya. Entah aku yang bodoh atau aku yang terlalu sayang dan tak ingin kehilanganmu.
Kali ini, dalam tulisan ini aku ingin berpesan denganmu, meskipun suatu saat nanti jika kamu membaca suratku ini, aku sudah tak merasakan perasaan yang sama lagi seperti saat ini. Jangan tanya lagi mengapa aku bisa sekuat ini sekarang. mungkin karena aku sudah terlalu sering dan terlalu lama bergelut dengan perasaan semacam ini. Aku sudah terlalu sering untuk melepaskan sesuatu yang membuatku bahagia.
Aku tak mengerti, entah itu sesaat ataupun sudah menemaniku sejak lama. Perasaan kecewa yang sudah bersahabat baik denganku seperti memberi candu yang mengebalkanku yang akhirnya perasaan itu akan membunuhku. Rasa kecewaku terhadapmu kini telah menjadi rasa yang amat wajar dalam hidupku.
Detik ini aku bisa melepaskan rasa sakit itu dan menggantinya dengan rasa hampa yang tak terkalahkan. Begitu dalam kehampaan yang kurasakan. Jangan salahkan aku, bila suatu saat nanti kepergianmu bukanlah menjadi sebab tangisku, dan kembalimu bukan lagi menjadi sebab tawaku. Karna kamu sendiri yang telah melatihku untuk sebuah kekecewaan.
Lepaskanlah aku jika itu memang benar. Yang kutau, aku sudah berusaha membahagiakanmu dengan kekuranganku bahkan tak jarang dengan kelebihan yang kumiliki. Aku mengerti, aku perhatian, aku diam, aku bertahan, aku sabar hanya agar mendapat belaian kasih sayangmu. Waktu demi waktu kulalui dengan senyum meski terdapat duri didalamnya. Jujur aku tak mengerti apa yang telah terjadi. Aku selalu menghormatimu layaknya calon imamku, tapi adakah hariku yang kau isi dengan sejuta senyumu? Itu seperti mimpi di siang hari.
Aku tak akan menghormatimu layaknya calon imamku lagi jika itu yang kaumau. Aku tak akan memperdulikan dan memperhatikanmu lagi karena kepedulian dan perhatianku tak pernah kauanggap. Aku tak akan mencinta dan mengasihimu lagi, karena memang bukan kewajibanku lagi. Dan aku akan mulai membuka hatiku untuk yang lain. Untuk orang yang benar-benar mencintaiku, orang yang selalu menganggapku nyata ada, bukan sepertimu yang selalu menganggapku bayang ilusi semata.
Aku ingin kamu bahagia, dengan siapapun pilihanmu. tapi bukan berarti aku harus selalu memelihara rasa kecewa yang telah terbiasa tumbuh dalam tubuhku. Aku juga berhak bahagia dengan kehidupan baruku, dengan orang yang tentunya pilihanku dan benar memilihku. Aku berhak mendapatkan apa yang kumau seperti kamu mendapatkan apa yang kaumau. Aku yakin, aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan meski tidak denganmu.

Semua memang terasa sulit untukku, tapi aku yakin bisa karena aku akan terbiasa dengan keadaan ini. Janganlah lagi kamu tanya mengapa karena aku menghargai dia yang kini bersamamu. Dengan kebahagiaan yang tak mungkin aku hancurkan seperti dia menghancurkan hubungan kita.

Comments

Popular posts from this blog

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, hanya

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-siakan

Aku adalah Aku, Bukan Mereka

Inilah aku, seorang wanita yang jauh dari kata sempurna. Semakin kesini aku semakin mengerti sebab kau meninggalkanku beberapa waktu lalu. Mungkin karna aku adalah aku, karna aku bukan mereka dan aku takkan pernah bisa untuk menjadi seperti mereka apapun sebab dan akibatnya. Seperti yang kamu inginkan. aku hanyalah gadis yang sangat jauh berbeda dari mereka. Dari kriteria wanita idamanmu. Ya, aku sangat berbeda. Aku adalah aku. Aku hanyalah satu diantara banyak wanita yang pernah menjadi bagian dari dalam hidupmu, itu saja bila kau anggap. Aku bukanlah wanita seperti mereka-mereka itu. aku hanyalah wanita kuno yang tak pernah lepas dari penutup kepala yang jadul. Wanita yang tak pernah memakai kaos dan celana pendek. Aku bukanlah wanita yang dapat menikmati peluk hangatmu seperti yang mereka rasakan. Bahkan aku hanya wanita yang tak punya pakaian ketat seperti yang mereka kenakan, sehingga aku hanya bisa memakai pakaian yang kedodoran dan tak jaman lagi untuk dikenakan. Aku buk