hay
kamu yang disana. Kemarilah sebentar untukku, untuk wanita yang mengagumimu,
wanita yang tak pernah kau lihat sama sekali. Tengoklah aku wahai tuanku, aku
ada disini untukmu, iya, aku yakin hanya untukmu. Aku hanya ingin kamu datang
dan menjenguk hatiku yang telah terluka parah olehmu, aku ingin kamu
mengobatinya tuan, hanya itu. Hati ini mungkin akan segera mati bila tak segera
kau tolong. Tolonglah aku, aku memohon kepadamu Tuan, jangan kaubiarkan hati
ini mati terlalu cepat.
Aku
tak mengerti apa alasan perasaan itu bersemayam dalam hatiku, bahkan aku tak
tau sejak kapan perasaan itu muncul. Rasa sakit yang muncul ketika aku
melihatmu bersama dia, puteri cantikmu. Tuan, apakah kamu tau hancurnya hati
ini saat melihatmu bersamanya? Kamu tidak akan pernah tau dan bahkan mungkin
tak mau tau. Namun, apakah kamu tau apa yang membuatku lebih merasakan sakit
hati? Aku lebih sakit dan tidak rela bila kamu tersakiti olehnya.
Sangat
sulit untukku mengerti jalan pikiranmu, entah dengan alasan apa kamu masih
mempertahankanya setelah semua yang dia lakukan padamu, kebohongan yang tak
pernah berhenti, selalu saja kamu berpura untuk tidak mengerti. Terkadang aku
ingin sekali mencaci puteri cantikmu untukmu. Mencacinya agar tak
menyia-nyiakanmu lagi, karna kamu terlalu baik untuk disia-siakan. Tapi, apa
dayaku? Siapa aku untukmu? Ternyata aku bukan siapa-siapa untukmu!
Yang
aku tau, aku hanyalah wanita yang kau anggap sebagai teman biasa. Tak lebih
dari itu. teman yang selalu setia mendengarkan curhatanmu tentang puteri
cantikmu tanpa memperdulikan goresan luka tanpa perasaan itu. wanita yang
selalu berusaha memberi solusi terbaik ketika puteri cantikmu merajuk seperti
anak kecil. Rasanya ingin sekali aku berbicara padamu tentang perasaanku yang
sesungguhnya, namun semua itu hanya sebatas angan-angan diawan yang sulit untuk
terwujudkan.
Tuan,
aku takut lelah untuk memberimu solusi terbaik dan bahkan hanya untuk
mendengarkanmu bercerita tentangnya jika suatu saat nanti dia merengek lagi.
Aku takut lelah akan semua ini tuan. Tak bisakah kamu mengerti bahwa dia telah
menyakitimu. Tak bisakah kamu lihat aku yang selalu ada untukmu, selalu
bersedia mendengarkan cerita-ceritamu. Aku ingin kau hargai tuan. Mungkin itu hanyalah
mimpi yang terlalu besar karna aku hanyalah bayangan yang selalu dibelakangmu
jika cahayamu telah datang, dan didepanmu ketika cahayamu kembali pergi
meninggalkanmu.
Comments
Post a Comment