Skip to main content

Aku dengan Kepercayaanku dan Kau dengan Dustamu

Cara yang salah untuk menceritakan keadaan hatiku ini belum dapat kuubah dengan cara yang lain, cara yang menurutmu lebih baik. Aku masih saja menceritakan bagaimanapun keadaan hatiku dengan tulisan-tulisanku. Apakah hatiku sedang senang ataupun sedang terluka. Caraku yang katamu malah menambah dukaku semakin lara. Tapi inilah caraku sayang. mengertilah. Aku belum bisa mengubahnya. Hanya dengan tulisan ini aku dapat menyampaikan maksud hatiku. Bukan, bukan pada khalayak. Tapi hanya saja aku ingin bercerita agar tak ada beban lagi di hati. Hati yang rapuh seperti kayu yang telah termakan rayap.Karna sekarang tak mungkin lagi aku menceritakan kepedihan ini pada beberapa sahabatku. Kamu tau alasanya? Tanpa kujelaskanpun kamu pasti mengerti.
Bagaimanapun keadaanya aku sudah berjanji pada semuanya, terutama pada diriku sendiri. Pada hatiku yang telah rapuh. Aku berjanji untuk tidak mengusik kebahagiaanmu meskipun dengan wanita lain. Aku sudah berjanji tidak akan menunjukkan kecemburuanku lagi saat kamu bersamanya. Bersama wanita yang tentunya lebih sempurna dibandingkan dengan wanitamu ini. Berjanji untuk selalu berfikiran positif tentangmu. Tentang semua yang kamu lakukan.
Aku tau apa yang kamu lakukan memiliki alasan tersendiri. Aku yakin dengan hal itu. terimakasih sayang. terimakasih atas segala rasa yang telah kau berikan untukku. Rasa yang mungkin kini tak sama. Terimakasih karna kamu telah membahagiakanku dengan semua yang telah kamu lakukan. Semua yang telah kamu berikan. Semua yang telah kamu korbankan. Dan semua yang mungkin kamu paksakan hanya untuk membuatku melebarkan bibirku. Terimakasih.
Masih dengan cerita yang sama dengan dulu. Disini aku dengan kepercayaan yang terkadang melelahkan dan kamu disana dengan kebohongan-kebohongan yang sangat menyenangkan untukmu. Hanya saja sekarang ada jarak. Purworejo-Jogja adalah jarak kita. Ya, memang tak begitu jauh, namun juga tak dapat untuk kita bertemu setiap waktu yang kita ingin seperti dulu. Karna itu, aku hanya ingin kepercayaan itu selalu kau bawa ketika berangkat, dijaga saat tanpa aku, dan kembali dibawa pulang saat minggu tiba.
Jika ada wanita lain selain aku yang dekat denganmu. Itu wajar. Itu manusiawi. Dan aku tak akan marah sedikitpun dengan wanita itu. karna aku tau wanita itu tak pernah salah. Aku tau, dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Dan itu menjadi haknya. Hakmu pula bila suatu saat nanti kau bosan denganku dan memilih meninggalkanku untuk bersamanya. Tak ada rasa benci sedkitpun untuknya. Apalagi denganmu. Kamu yang kucinta. Aku tak akan pernah membencimu. Percayalah, tak akan ada kebencian. Seperti yang kamu tau. Tak ada kebencian dengan wanita lain yang sebelumnya. Aku selalu berusaha untuk menjaga hati mereka. Meskipun usahaku tak pernah terlihat oleh siapapun. Meskipun aku harus menahan sakitnya ketika duri tajam itu menusuk dengan rasa dendam.
Malam ini berbeda. Sangat berbeda. Detik ini tak ada air bening yang mengalir di pipiku lagi saat aku menjentikan jemariku di keyboard laptop. Dan itu sudah menjadi cukup bukti bahwa aku wanita yang kuat bukan? Mungkin karna aku sudah terbiasa dengan perasaan sakit yang setiap saat sudah menjadi temanku. Menjadi sahabatku. Dan bahkan menjadi sesuatu yang sangat setia menemaniku. Lebih dari setiamu.

Kuputar lagi rekaman kalimat demi kalimat dalam memory yang sering kauucapkan untuk meyakinkanku. Meyakinkan bahwa tak ada yang lain selain aku. Aku percaya kamu sayang. tak ada yang lain. Cuma kamu yang kupercayai. Apapun yang mereka katakan tentangmu, aku tetap mempercayaimu. Meskipun terkadang banyak kebenaran yang mereka ucapkan dan dan segudang dusta yang kau sembunyikan. Tapi aku mempercayaimu. Hati kecilku tetap berkata kamu yang harus kupercaya. Hangatkanlah lagi kepercayaan yang telah sejak saat ini membeku. Aku ingin kamu mengerti bahwa aku hanya mempercayaimu.

Comments

Popular posts from this blog

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-sia...

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, ha...

Lepaskanlah Aku yang Menyayangimu

Inilah Caraku Menangisku kali ini bukan lagi karna aku takut akan kehilanganmu. Tangisanku kali ini karna, aku ingin melepaskanmu. Sungguh demi apapun aku ingin mengikhlaskanmu. Bagaimanapun caranya. Bukan, bukan karna aku tak lagi mencintaimu, bukan pula karna aku tak ingin memilikimu. Namun perlu kau ketahui aku lakukan ini semua demi kau, aku dan semuanya. Demi kita semua. Bukan aku menjauh darimu, tapi aku harus memberi sedikit jarak untuk kau dan aku. Agar kita saling bahagia, bukan hanya kau ataupun hanya aku. Mungkin inilah caraku untuk menghargai persaanmu, perasaanya, dan perasaanku sendiri. Aku pernah menempati posisi yang kekasihmu tempati sekarang. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan wanita yang tersembunyi. Wanitamu yang tak bersalah tak berhak menanggung semua penyakit yang kau bawa. Kau tak punyai hak untuk menyakiti wanitamu seperti yang kau lakukan dulu untukku. Tolong lepaskan aku sepenuhnya. Jangan kau beratkan aku dengan satu tali yang tak kau lepaskan. Bi...