Skip to main content

Inikah yang orang sering menyebutnya dengan jarak?

Dulu, hampir setiap hari kita bertemu. Hampir setiap hari kita bercakap. Walaupun hanya melihatmu sejenak, setidaknya ada pertemuan. Namun, semua itu dulu, iya itu dulu ketika kamu masih mengenakan sragam yang sama dengan sragamku sekarang. saat kamu masih sering menyakitiku, dan kemudian kamu menjelaskan dengan alasan yang kukira sama sekali tak masuk akal. Tapi ya entah kenapa aku selalu mengiyakan alasan-alsanmu itu. semua itu kita lalui bersama. Aku dengan kepercayaanku, dan kamu dengan kebohongan-kebohonganmu.
5 bulan terakhir ini kamu sudah tak lagi mengenakan sragam itu, kamu yang sekarang sudah terlihat lebih dewasa dari kamu yang dulu. Saat ini, di sana kamu dengan kesibukanmu, dan disini aku dengan rutinitasku. Jarak antara aku dan kamu sekarang hanyalah sebuah angka yang tak mempunyai arti apa-apa karna aku dan kamu mampu mempertahankan cinta kita. Kini, tak ada lagi hari hariku dengan pertemuan itu denganmu. Bahkan seminggu sekalipun terkadang sulit untuk kita realisasikan. Seolah olah kita sudah tak memiliki sebuah ruang special untuk saling bersentuhan bahkan saling menatap sekalipun. Ada kalanya aku ingin mengeluh ketika rindu itu tak dapat aku sembuhkan dengan deretan huruf yang sengaja kau berikan untuk menyembuhkan kerinduanku.
Aku menatap langit langit rumah, lalu membayangkan jika kamu berada disampingku dan kita saling merasakan hal yang sama, mungkin tak akan ada air mata yang perlahan menetes ketika hanya abjad yang tersusun yang menguatkan kita, ketika hanya suara yang terpantul dari benda kecil saat malam telah larut. Mungkin kata rindu itu tak akan berkali-kali kita ucapkan. Terkadang aku memilih untuk menyembunyikan kerinduanku dibalik rapalan namamu hanya agar kamu tak  cemas dengan rasa rindu yang telah menjadi candu tersendiri untuk rasaku.
Rasa cemburu, rasa takut, rasa cemas, rasa ragu itu sering muncul dan menikam hebat otakku dan merobek kepercayaanku secara ganas. Semua kesibukanmu yang tak kumengerti terkadang membuatku ragu denganmu. Kamu yang berada di sana dengan orang-orang yang tak satupun aku mengenalnya membuat rasa cemburu itu semakin menjadi.
Tak ada yang salah dengan jarak ini. Aku dan kamu belajar untuk menjalani semua ini dengan jarak yang ada. Menjalani dengan keyakinan yang ada pada diri kita masing-masing. Kamu dengan teman barumu yang terkadang aku mencemburuinya. Dan aku dengan cerita yang masih sama.
Aku hanya berharap, disela kesibukan yang kita jalani saat ini masih ada celah untuk kita menyandarkan rindu walau tanpa pertemuan. Walau hanya deretan abjad ataupun gema suara yang sekedar untuk mengingatkan makan, bertanya kabar, atau mengingatkan untuk menjalankan kewajiban yang sering kali kita lupakan.

Dari wanitamu yang sangat merindukanmu,
Wanita yang sering kali mengeluh atas kerinduanya,

Wanita yang sedang berusaha mempercayaimu kembali.

Comments

Popular posts from this blog

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-sia...

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, ha...

Lepaskanlah Aku yang Menyayangimu

Inilah Caraku Menangisku kali ini bukan lagi karna aku takut akan kehilanganmu. Tangisanku kali ini karna, aku ingin melepaskanmu. Sungguh demi apapun aku ingin mengikhlaskanmu. Bagaimanapun caranya. Bukan, bukan karna aku tak lagi mencintaimu, bukan pula karna aku tak ingin memilikimu. Namun perlu kau ketahui aku lakukan ini semua demi kau, aku dan semuanya. Demi kita semua. Bukan aku menjauh darimu, tapi aku harus memberi sedikit jarak untuk kau dan aku. Agar kita saling bahagia, bukan hanya kau ataupun hanya aku. Mungkin inilah caraku untuk menghargai persaanmu, perasaanya, dan perasaanku sendiri. Aku pernah menempati posisi yang kekasihmu tempati sekarang. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan wanita yang tersembunyi. Wanitamu yang tak bersalah tak berhak menanggung semua penyakit yang kau bawa. Kau tak punyai hak untuk menyakiti wanitamu seperti yang kau lakukan dulu untukku. Tolong lepaskan aku sepenuhnya. Jangan kau beratkan aku dengan satu tali yang tak kau lepaskan. Bi...