Tak
ada kata yang tepat untuk mengungkapan apa yang kini sedang ikut aku rasakan. Kamu
adalah sahabat terbaikku. Kamu yang selalu ada untukku. Saat aku terkalut sedih
maupun aku sedang terbelenggu oleh kebahagiaan. Kini kamu tak lagi seperti
dulu. Jika dulu kamu hanyalah sebuah alumunium yang sangat mudah patah, kini
kamu telah menjadi besi yang telah berkali-kali ditempa. Kamu yang kukenal
sekarang telah berbeda. Dan banyak orang yang menyukai perubahanmu, termasuk
aku.
Sahabatku.
Ingatkah kala itu. kamu sering sekali terpatahkan oleh hal kecil yang menurut
logika bisa saja kau yang mematahkannya. Tapi, telah kau saksikan sendiri
bukan. Api itu secara ganas membakarmu berulang kali. dan, lihatlah sekarang. .
kamu kini tak pernah patah lagi, bahkan bengkok pun jarang. Ada rasa iri dalam
diriku padamu. Ingin sekali aku menjadi kuat sepertimu. Tapi apakah aku mampu
menjadi sepertimu? Kamu yang selalu bisa tersenyum meskipun lukamu amat parah. Kamu
yang selalu bisa menjaga perasaan orang saat hatimu sendiri terkulai lemah oleh
orang lain. Kamu yang selalu bisa memaafkan saat orang lain masih saja
membentak keras kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan.
Ingin
aku mencuri jurus andalan yang kau punya. Tapi entah kenapa aku selalu tak bisa
dengan sempurna seperti kau melakukanya. Aku selalu gagal. Aku tau, tak jarang
kita bertengkar hanya karna hal sepele. Hanya karna aku yang ingin kamu membuang
racun yang membuatmu terluka. Dan kamu yang selalu saja menyimpan racun
tersebut ditempat yang teraman dan ternyaman. Tak jarang juga aku marah, kenapa
kau selalu memenangkan pertengkaran antara kita yang jelas-jelas akulah yang
benar.
Wahai
hati. Mengapa kau tetap lembut? Mengapa kau tak seperti pikiranku saja? Aku lelah
harus selalu berperang denganmu ketika membicarakan hal yang kesepatan akhirnya
adalah kita tak pernah sepakat. Dan akhirnya kau yang memenangkan perang itu. sahabatku?
Cobalah kamu mengalah padaku. Mengalah padaku bukan berarti berlaku jahat dengan
orang lain. Hanya untuk membukakan mata hati mereka bahwa kaulah yang sering
tersakiti oleh ulah mereka. Kali ini saja, aku ingin kau menurutiku. Aku lelah
terus berfikir tentangmu. Apa kau tak merasa kasian denganku yang selalu saja
memikirkanmu tanpa kau memikirkanku?
Malam
selarut ini, seharusnya kita sedang terlelap dan terbuai oleh mimpi yang indah
di atas kasur empuk dan selimut hangat. Tapi apa? Saat ini kita belum dapat
memejamkan mata lelah kita. Kau pikir ini ulah siapa? Ulahmu bukan? Ya, ini
ulahmu. Kenapa kamu diciptakan harus selembut kapas? Kenapa kamu diciptakan
tidak sepertiku? Kenapa kita begitu berbeda? Dan kenapa pula kita harus selalu
bersama? Apa ini yang Tuhan rencanakan untuk kita? Kita sangat berbeda, namun
kita sangat dekat. Kita tak mungkin terpisahkan oleh apapun, bukan?
Aku
tau, sekarang kamu telah kuat. Kamu telah berbeda. Jika kamu tidak ingin
menuruti kemauanku. Tolong ajarilah aku, tuntunlah aku karna aku tak sekuat
kamu. Kamu yang kini bagaikan besi yang telah ditempa berulang-ulang. Kamu adalah
sahabat terbaikku. Kamulah yang menemaniku dalam suka maupun dukaku. Kamulah
yang mengerti segalanya tentang aku. Bukan orang lain. Aku menyayangimu. Dan akupun
tau kau menyayangiku.
Comments
Post a Comment