Skip to main content

Wahai Hati, Sahabat Terbaikku

Tak ada kata yang tepat untuk mengungkapan apa yang kini sedang ikut aku rasakan. Kamu adalah sahabat terbaikku. Kamu yang selalu ada untukku. Saat aku terkalut sedih maupun aku sedang terbelenggu oleh kebahagiaan. Kini kamu tak lagi seperti dulu. Jika dulu kamu hanyalah sebuah alumunium yang sangat mudah patah, kini kamu telah menjadi besi yang telah berkali-kali ditempa. Kamu yang kukenal sekarang telah berbeda. Dan banyak orang yang menyukai perubahanmu, termasuk aku.
Sahabatku. Ingatkah kala itu. kamu sering sekali terpatahkan oleh hal kecil yang menurut logika bisa saja kau yang mematahkannya. Tapi, telah kau saksikan sendiri bukan. Api itu secara ganas membakarmu berulang kali. dan, lihatlah sekarang. . kamu kini tak pernah patah lagi, bahkan bengkok pun jarang. Ada rasa iri dalam diriku padamu. Ingin sekali aku menjadi kuat sepertimu. Tapi apakah aku mampu menjadi sepertimu? Kamu yang selalu bisa tersenyum meskipun lukamu amat parah. Kamu yang selalu bisa menjaga perasaan orang saat hatimu sendiri terkulai lemah oleh orang lain. Kamu yang selalu bisa memaafkan saat orang lain masih saja membentak keras kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan.
Ingin aku mencuri jurus andalan yang kau punya. Tapi entah kenapa aku selalu tak bisa dengan sempurna seperti kau melakukanya. Aku selalu gagal. Aku tau, tak jarang kita bertengkar hanya karna hal sepele. Hanya karna aku yang ingin kamu membuang racun yang membuatmu terluka. Dan kamu yang selalu saja menyimpan racun tersebut ditempat yang teraman dan ternyaman. Tak jarang juga aku marah, kenapa kau selalu memenangkan pertengkaran antara kita yang jelas-jelas akulah yang benar.
Wahai hati. Mengapa kau tetap lembut? Mengapa kau tak seperti pikiranku saja? Aku lelah harus selalu berperang denganmu ketika membicarakan hal yang kesepatan akhirnya adalah kita tak pernah sepakat. Dan akhirnya kau yang memenangkan perang itu. sahabatku? Cobalah kamu mengalah padaku. Mengalah padaku bukan berarti berlaku jahat dengan orang lain. Hanya untuk membukakan mata hati mereka bahwa kaulah yang sering tersakiti oleh ulah mereka. Kali ini saja, aku ingin kau menurutiku. Aku lelah terus berfikir tentangmu. Apa kau tak merasa kasian denganku yang selalu saja memikirkanmu tanpa kau memikirkanku?
Malam selarut ini, seharusnya kita sedang terlelap dan terbuai oleh mimpi yang indah di atas kasur empuk dan selimut hangat. Tapi apa? Saat ini kita belum dapat memejamkan mata lelah kita. Kau pikir ini ulah siapa? Ulahmu bukan? Ya, ini ulahmu. Kenapa kamu diciptakan harus selembut kapas? Kenapa kamu diciptakan tidak sepertiku? Kenapa kita begitu berbeda? Dan kenapa pula kita harus selalu bersama? Apa ini yang Tuhan rencanakan untuk kita? Kita sangat berbeda, namun kita sangat dekat. Kita tak mungkin terpisahkan oleh apapun, bukan?
Aku tau, sekarang kamu telah kuat. Kamu telah berbeda. Jika kamu tidak ingin menuruti kemauanku. Tolong ajarilah aku, tuntunlah aku karna aku tak sekuat kamu. Kamu yang kini bagaikan besi yang telah ditempa berulang-ulang. Kamu adalah sahabat terbaikku. Kamulah yang menemaniku dalam suka maupun dukaku. Kamulah yang mengerti segalanya tentang aku. Bukan orang lain. Aku menyayangimu. Dan akupun tau kau menyayangiku.


Comments

Popular posts from this blog

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-sia...

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, ha...

Lepaskanlah Aku yang Menyayangimu

Inilah Caraku Menangisku kali ini bukan lagi karna aku takut akan kehilanganmu. Tangisanku kali ini karna, aku ingin melepaskanmu. Sungguh demi apapun aku ingin mengikhlaskanmu. Bagaimanapun caranya. Bukan, bukan karna aku tak lagi mencintaimu, bukan pula karna aku tak ingin memilikimu. Namun perlu kau ketahui aku lakukan ini semua demi kau, aku dan semuanya. Demi kita semua. Bukan aku menjauh darimu, tapi aku harus memberi sedikit jarak untuk kau dan aku. Agar kita saling bahagia, bukan hanya kau ataupun hanya aku. Mungkin inilah caraku untuk menghargai persaanmu, perasaanya, dan perasaanku sendiri. Aku pernah menempati posisi yang kekasihmu tempati sekarang. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan wanita yang tersembunyi. Wanitamu yang tak bersalah tak berhak menanggung semua penyakit yang kau bawa. Kau tak punyai hak untuk menyakiti wanitamu seperti yang kau lakukan dulu untukku. Tolong lepaskan aku sepenuhnya. Jangan kau beratkan aku dengan satu tali yang tak kau lepaskan. Bi...