Masih terasa sentuhan hangatmu, kamu yang selalu hadir dalam setiap nafas yang kuhembuskan. Kamu yang kini masih ada dalam setiap baris do’aku. Dan kamu yang masih terus menyakitiku tanpa kutau alasanya. Entah aku yang bodoh atau aku yang terlalu sayang dan tak ingin kehilanganmu. Kali ini, dalam tulisan ini aku ingin berpesan denganmu, meskipun suatu saat nanti jika kamu membaca suratku ini, aku sudah tak merasakan perasaan yang sama lagi seperti saat ini. Jangan tanya lagi mengapa aku bisa sekuat ini sekarang. mungkin karena aku sudah terlalu sering dan terlalu lama bergelut dengan perasaan semacam ini. Aku sudah terlalu sering untuk melepaskan sesuatu yang membuatku bahagia. Aku tak mengerti, entah itu sesaat ataupun sudah menemaniku sejak lama. Perasaan kecewa yang sudah bersahabat baik denganku seperti memberi candu yang mengebalkanku yang akhirnya perasaan itu akan membunuhku. Rasa kecewaku terhadapmu kini telah menjadi rasa yang amat wajar dalam hidupku. Detik ini aku ...
Aku hanya seorang penulis amatiran yang sangat kurang pengalaman. Aku tak pandai merangkai kata, semua yang kutulis merupakan luapan dari hati yang tak dapat aku deskripsikan dengan mulutku. aku akan menulis apapun yang bisa kutulis. Karna hanya dengan menulis aku dapat bercerita. Namun, ada senyum dibalik semua yang telah kutulis.