Skip to main content

Siapa Yang Sebenarnya Sedang Menikmati Kesibukan?


Ketika malam telah larut tapi kantukpun tak kunjung menghampiri. Kusempatkan menyusun abjad-abjad ini agar mampu menjadi sebuah rangkaian kata yang bermakna untuk kutulis. Rangkaian-rangkaian yang akhirnya kutujukan untuk lelakiku. Lelaki yang hanya satu-satunya setelah ayah dan kakakku. Lelaki yang sangat kucintai dan sangat kuhormati keberadaanya.
Malam ini tak ada kantuk sedikitpun menghampiriku. Setiap kali kupejamkan mata ini, setiap kali itu pula aku terjaga. Hingga akhirnya aku putuskan untuk kembali menjentikan jemariku pada keyboard ini setelah lama aku tak lagi menulis tentang apapun.
Hari-hariku yang begitu disibukkan dengan Ujian membuat aku tak sempat lagi menulis tentangmu. Kesibukanku membuatku tak lagi begitu memperhatikanmu, sehingga dengan mudah sekali seorang wanita yang berhasil menembus benteng pertahananmu selama ini.
Sayang? Maafkan aku. Maaf karna telah lalai untuk menjaga hatimu. Maaf karna aku pernah merasa tak perduli lagi dengan rasamu. Maaf. Semua itu aku lakukan karna aku benar-benar lelah pada waktu itu. Dan aku mengharuskan diriku untuk fokus pada masa depanku yang nantinya insyAllah akan menjadi masa depanmu juga.
Sayang? Maafkan aku saat aku tak menemanimu menikmati waktu luangmu. Maaf saat aku tak bisa memberikan perhatian yang lebih, hanya karna aku sibuk dengan tumpukan soal yang harus kuselesaikan. Maaf saat aku tak bisa menemanimu saat kamu sakit. Bukan aku membiarkanmu terlena oleh perhatian wanita itu, hanya saja aku tak ingin kamu kurang mendapat perhatian, karna aku benar-benar tak bisa memperhatikanmu seperti dulu lagi, karna kesibukanku yang memaksaku. Maaf sayang. Sayang? Aku tau, saat ini aku sedang begitu asyik dengan kesibukanku. Kesibukan yang mengharuskanku pergi sebelum matahari muncul dan pulangpun setelah matahari terbenam. Dan setelah itu aku tertidur pulas karna lelah. Sehingga jarang sekali kamu mendapat kabar dariku. Aku tau rasanya jadi kamu. Aku tau sayang. Akupun rela bila saat ini kamu menghabiskan waktumu dengan wanita lain. Karna memang aku sedang tak mampu menemani harimu.
Disini aku akan berjuang untuk hidupku yang kelak akan menjadi hidupmu juga. Sayang? Perlu kamu ketahui. Saat kamu asyik dengan wanita itu, ada juga pria yang mendekatiku. Dengan cekatan dia mengambil hatiku. Hatiku yang sesungguhnya sedang berada dalam kesepian karna kamu dengan dia. Dia adalah lelaki baik yang selalu ada untukku. Lelaki yang siap mendengarkan cerita lelahku. Terkadang pula cerita tentangmu yang sesungguhnya menyakitkan untuknya. Meskipun dia tak sehumor seperti yang kamu lakukan untuk menghiburku saat aku sedang terpuruk, dulu. Meskipun dia tak sepintar kamu seperti saat kamu menemaniku dua tahu lalu. Tapi dia memiliki cara yang lain untuk menghiburku.
Jujur, pernah ada rasa tertarik dengannya. Pernah terfikir, jika saja kamu adalah dia. Dia yang setia menemani saat  lelahku. Dia yang selalu mendengarkan cerita yang membuatnya terluka. Andai saja itu kamu. Tapi, aku tak seperti itu. Aku tak sepertimu yang dengan mudah menjatuhkan hatimu. Aku berani dengan tegas mengatakan bahwa kamulah lelakiku, saat dia mengatakan bahwa dia juga mencintaiku seperti kamu mencintaiku. Apapun yang telah kamu lakukan dengan wanita itu. Aku akan tetap menyayangimu dan kamu tak akan tergantikan oleh siapapun.
Sayang? Terkadang aku berfikir. Siapa yang sebenarnya lebih asyik. Aku dengan kesibukanku tentang masa depanku atau kamu dengan wanita itu? Jika aku yang menyebabkan kamu menjadi lebih sibuk dengan wanita itu. Maafkanlah.  Maafkan aku yang terlalu asyik dengan kesibukanku. Maafkan wanitamu ini karna lebih peduli dengan kertas-kertas buram yang menumpuk. Sehingga kamu lebih nyaman dengan wanita itu.
Tapi  aku yakin, sekarang kamu telah berubah. Kamu tak lagi sibuk dengan wanita manapun. Aku percaya kamu tak akan lagi mengecewakanku seperti yang dulu-dulu.


Comments

Popular posts from this blog

Dipersembahkan Untuk Para Pria yang Menyia-nyiakan Wanita

Taukah Kamu Rasanya? Tanpa ada semburat jingga yang menggantung di langit sore ini, aku tertemani oleh alunan musik yang berbunyi dari handphoneku. Entah tersenyum atau malah menangis ketika  Aku kembali teringat tentangmu. Teringat wajah pria yang tak pernah hilang dari ingatanku di setiap aktivitas yang aku lakukan. Pria yang masih kuceritkan sama dengan sosok ibu yang tak ingin gadis kecilnya disakiti. Pria yang belum sempat menyadari bahwa banyak wanita yang tulus mencintainya, wanita yang selalu saja tersia-siakan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Mendung yang tak berkesudahan memaksaku untuk menerawang jauh ke masalalu yang sejujurnya sama sekali tak ingin aku ingat kembali. Masalalu yang sangat membuat aku terlalu boros perasaan. Masalalu yang tiada hentinya membuat mataku selalu bengkak dipagi hari. Larik dan bait perlahan mengalun keluar dari mulutmu mengingatkan aku pada sosokmu dulu yang (katanya) mencintaiku. Taukah kamu perasaan wanita yang selalu tersia-sia...

Untukmu Wanita Penggalau dengan Sejuta Kata yang Tertuju Untukku

Terimkasih, karena telah membuat saat saat yang biasa menjadi istimewa, karena selalu mendorongku untuk maju, karena sudah mengatakan yang sejujurnya, karena sudah mendengarkanku, karena tidak menghalangiku ketika melakukan hal yang penting untuk hidupku. Sudah bersedia peduli, sudah selalu hadir, karna tidak bersikap menghakimi dan memperlakukanku seakan kamu lebih tau dibandingkan diriku sendiri. Terimakasih karna sudah menyayangiku dan menerimaku apa adanya. Karna sudah mau sabar dan memaafkan saat aku menyakitimu. Terimakasih juga karna kamu telah mau memaklumi masalaluku dan tidak menganggapnya sebagai celaan. Karna sudah menyediakan ruang untukku menyendiri, karna sudah mempercayaiku. Dan yang terpenting adalah terimakasih karna kamu telah menjadi dirimu sendiri. Sayang?  terkadang aku ingin meninggalkanmu, kadang aku ingin kamu pergi jauh dari hidupku. Tapi pada akhirnya hati ini selalu tertambat padamu. Sayang? hanya kamu yang bisa membuatku merasa sangat berharga, ha...

Lepaskanlah Aku yang Menyayangimu

Inilah Caraku Menangisku kali ini bukan lagi karna aku takut akan kehilanganmu. Tangisanku kali ini karna, aku ingin melepaskanmu. Sungguh demi apapun aku ingin mengikhlaskanmu. Bagaimanapun caranya. Bukan, bukan karna aku tak lagi mencintaimu, bukan pula karna aku tak ingin memilikimu. Namun perlu kau ketahui aku lakukan ini semua demi kau, aku dan semuanya. Demi kita semua. Bukan aku menjauh darimu, tapi aku harus memberi sedikit jarak untuk kau dan aku. Agar kita saling bahagia, bukan hanya kau ataupun hanya aku. Mungkin inilah caraku untuk menghargai persaanmu, perasaanya, dan perasaanku sendiri. Aku pernah menempati posisi yang kekasihmu tempati sekarang. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan wanita yang tersembunyi. Wanitamu yang tak bersalah tak berhak menanggung semua penyakit yang kau bawa. Kau tak punyai hak untuk menyakiti wanitamu seperti yang kau lakukan dulu untukku. Tolong lepaskan aku sepenuhnya. Jangan kau beratkan aku dengan satu tali yang tak kau lepaskan. Bi...