Dalam
hidup pasti ada yang datang dan pergi. Memberi cinta atau meredupkan. Namun,
bukankah Tuhan telah mempunyai rencana yang lebih indah dari apa yang kita
kira. Setiap setelah hujan pasti ada pelangi, setiap setelah duka pasti ada tawa.
Setiap menunggu pasti akan ada yang datang. Semuanya akan indah pada waktunya.
Perkenalan
kita begitu instan. Kepolosanmu membuatku percaya akan semua yang kamu katakan.
Keluguanmu membawaku pada janji yang tak seharusnya kuucapkan. Aku mulai
membangun mimpi yang megah dan keyakinan untuk tidak menyia-nyiakan kebersamaan
kita ini. Kamu humoris dan lucu, memang kedua hal tersebut tidak bisa dijadikan
alasan untuk datangnya sebuah cinta. Apa mungkin kita sekarang sedang terjebak
dalam ketertarikan sesaat? Atau hanya aku yang terjebak sedangkan kamu hanya
menjebakku? Oh tidak. Jika iya, mengapa ku begitu bersedih ketika kamu
memutuskan untuk pergi dengan wanita pilihanmu? Apa ini yang dinamakan
ketertarikan sesaat?
Kamu
tak mengerti betapa aku susah payah membuang rasa yang pernah ada. Saat kita
masih sering bersama dalam rentetan abjad yang sengaja kita susun, namun tanpa
alasan yang jelas kau pergi begitu saja tanpa kata yang terucap. Setelah aku
berhasil membuangnya jauh-jauh kini kau hadir kembali dalam setiap malamku
membawa segudang perhatian untukku.
Tujuhari
yang lalu, kau begitu manis dan mengejutkan. Kau datang setelah lama
kepergianmu. Kau sapa aku dengan letupan-letupan perhatianmu yang membuatku
tersetrum oleh rasa maha cinta yang ada. Kau mulai ungkap rasa, perasaan
kagummu terhadapaku, sungguh sebenarnya akupun mengagumimu, tapi aku terlalu
gengsi untuk mengakui bahwa aku mulai nyaman kau bisa berada di hari-hariku.
Semalam
kamu masih memainkan rambut yang sengaja kugerai, menggenggam erat tanganku
saat berdesakan dikeramaian itu. Kukira,
aku telah menjadi seseorang yang berharga bagimu, namun ternyata tidak. Aku hanya
kamu jadikan persinggahan sementara, bukan tempat tujuan.
Sungguh,
aku benar-benar telah tertipu dengan kebersamaan yang kauciptakan ini. Aku telah
begitu nyaman dengan kebersamaan kita. Kebersamaan yang sering membuat
tersenyum sendiri. Kebersamaan yang telah kita rangkai melalui tulisan itu. Perhatian,
pengertian, serta pelukan kecil lewat tulisan itu telah membuatku nyaman dan
meyakinimu dan aku terlalu banyak berharap.
Kukira kau punya rasa yang serius terhadapku.
Dengan
tertatih aku mencoba berdiri, menyaksikan apa yang sedang berada di hadapanku. Kamu
bersama wanita lain yang tak lain adalah sahabatku. Alasan yang cukup logis
untuk kita segera mengakhiri kebersamaan kecil kita. Aku yang telah berhasil
kau buat nyaman dengan dongeng ciptaanmu. Aku yang selalu memperhatikanmu dari
kejauhan. Aku yang selalu berharap denganmu kini telah sadar. Sadar bahwa tak
mungkin intan sepertimu mau diletakkan ditanah seperti aku.
Kamu
memilih pergi tanpa alasan. Pergi ketika aku mulai menyayangimu. Coba saja kau bayangkan,
hanya dalam waktu satu minggu! Begitu singkat, bukan? Kamu pergi dengannya
ketika aku mulai menyadari bahwa ini adalah cinta.
Kini,
akan kumulai hariku tanpamu seperti satu minggu lalu. Aku yang selalu berangkat
ketempat kerja sendiri, aku yang mandiri dan aku yang periang. Aku tau dan
kamupun tau bahwa melupakan sesuatu yang pernah tinggal bukanlah hal yang
mudah. Aku tak bisa membayangkan malam yang sunyi dan pagi hari yang cerah
tanpa ucapan-ucapan manis darimu. Aku tak bisa membayangkan pagiku tanpa suara
ngantukmu yang berusaha membangunkanku. Aku juga tak bisa membayangkan jika
nanti kita sekedar bertemu di jalan. Apakah kita akan saling beretgur sapa
seperti dulu? Seperti saat aku telah berhasil menghilangkan rasa yang telah kauciptakan?
Janji
yang telah bersama-sama kita ucapkan. Janji untuk selalu ada, saling menjaga
dan tak akan saling berjauhan masih terasa kosong bagiku karna tidak kita
ucapakan dengan saling menatap. Aku tak bisa mengartikan gurauanmu dan kamu tak
bisa menatap kesungguhanku. Apakah pantas aku menyesali ini semua? Apakah pantas
menangisi orang yang belum begitu aku kenal itu? Apakah ini sakitnya
perpisahan? Dan akankah kau berkenan menjelaskan? Mungkin ini hanya retorika
yang sudah kutau jawabnya mungkin hanya sekedar harapan.
Kupejamkan
mataku, butiran bening ini terus mengalir, tapi aku sangat malu untuk mengakui
bahwa ini adalah air mataku untukmu. Untuk lelaki yang tidak kuketahui siapa
dirinya sebenarnya.
Comments
Post a Comment